Berkunjung ke Pulau Komodo bagai memasuki Jurassic Park
Itu adalah gambar Tamana Nasional Komodo yang diambil dari luar angkasa melalui satelit Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER).
NASA juga memberi keterangan pada tiga pulau besar, yakni Pulau Komodo, Pulau Pandar, dan Pulau Rinca. "Didirikan pada 1980, Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga pulau besar dan pulau-pulau kecil di sekitarnya," demikian pengantar yang diberikan NASA.
Meski awalnya bertujuan melindungi Komodo, 'dinosaurus terakhir di muka Bumi', taman nasional juga melindungi ekosistem darat dan laut di sana. Pada 1986, UNESCO mengakuinya sebagai warisan dunia (world heritage).
Satelit ASTER, jelas NASA, mengambil gambar taman nasional itu pada 20 Juli 2000. Gambar NASA mendekati warna aslinya. Biru menunjukkan air lait, abu-abu mewakili tanah kosong, dan hijau adalah penanda vegetasi.
Masih menurut NASA, Komodo atau Varanus komodoensis adalah kadal terbesar di dunia. Beratnya rata-rata 70 kilogram. Dengan penglihatan tajam, gigi setajam pisau, liur beracun, dan kemampuan berburu luar biasa. Komodo bisa bergerak dengan kecepatan 20 kilometer per jam.
Foto kedua bidikan NASA -- dengan latar biru tua dan pulau berwarna kecoklatan -- menunjukkan tiga Pulau yakni Sumbawa, Komodo, dan Sangeang yang diambil pada September 1995.
Lebih dekat, lebih indah
Mendapat dua pengakuan dari UNESCO -- sebagai warisan dunia sekaligus cagar alam dan manusia, baru sedikit warga Indonesia yang berkunjung ke sana. Baru belakangan ini warga Indonesia antusias peduli dan membicarakan Komodo: soal kampanye New7Wonders, juga soal kontroversinya.
baru-baru ini berkesempatan mengunjungi habitat asli Komodo. Dari atas pesawat yang terbang tak terlalu tinggi, keindahannya taman nasional sudah memukau -- hijaunya pepohonan, laut yang biru, pulau-pulau kecil dikelilingi nuansa gradasi biru.
Namun, kondisi Bandara Labuan Bajo kontras dengan segala keindahan itu. Bandara kecil, dengan fasilitas seadanya. Pengelolaan pariwisata di wilayah itu juga tanggung, akibatnya wisatawan yang berkunjung harus merogoh kocek dalam untuk membayar transportasi, juga menyewa kapal. Tak heran di sepanjang perjalanan laut, lebih banyak terlihat turis asing yang menikmati keindahan alam di sekitar taman nasional.
Memasuki taman nasional, belum tentu langsung bertemu dengan Komodo. Saat itu, binatang purba itu baru ditemui di kedalaman 200 meter dari pintu masuk taman nasional.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo Sustyo Iriyono mengakui, sampai saat ini lebih banyak turis asing yang ke sana daripada turis domstik.
Sustyo menambahkan, turis berdatangan ke sekitar taman nasional untuk melakukan dua hal: menyelam dan tracking. Di sekitar Pulau Komodo ada 40 spot diving yang istimewa. Ada gua laut, bukit laut, juga aliran air yang deras.
Karena Komodo adalah top predator, karnivora, pengunjung didampingi penjaga atau ranger. "Karena ini wildlife (alam liar), bukan taman safari atau kebun binatang," kata Sustyo, membantah anggapan mengunjungi taman nasional berbahaya.
Di situ lah indahnya berwisata ke habitat asli Komodo. Ada sensasi petualangannya. "Orang asing tak pernah mempermasalahkan, mereka selalu puas. Hanya, yang masalah justru orang Indonesia, yang tidak bisa membedakan taman safari dan taman nasional."
Sensasi itulah yang membuat Komodo dijuluki 'real Jurassic Park'.
Ingin Komodo menjadi bagian dari keajaiban dunia? Anda bisa berpartisipasi, ketik 'KOMODO' kirim ke 9818, sebanyak-banyaknya.
• VIVAnews